Sebelum anda-anda protes dengan judul postingan kali ini yang terlihat tidak ilmiah, saya akan lebih dulu menyampaikan pembelaan, yaitu: saya maunya itu,hahahaha.
Jadi ceritanya kali ini sedang musim panas dan musim durian. Entah kenapa kedua musim ini sering datang berbarengan dan sangat kompak dalam menurunkan kesehatan manusia. Gajah juga makan durian, tapi sampai saat ini belum ada berita gajah demam karena kebanyakan makan durian (atau saya yang belum tau??)
Sebagai penduduk salah satu daerah penghasil durian, saya dan teman-teman instruktur les merasakan dahsyatnya kekuatan panas dan durian. Alhasil, beberapa instruktur tidak masuk dan saya sebagai pimpinan (+ front office, +cleaning service,intinya semuanya saya!) mesti turun tangan ke kelas yang tidak ada instrukturnya. Berhubung baru awal semester, maka saya berpikiran baik di mana tidak perlu terlalu banyak materi karena toh pelajaran di sekolah baru di mulai.
Maka di suatu siang yang terik, saat tenggorokan sedang panas-panasnya ( karena panasnya cuaca dan panas dalam) datanglah para siswa dengan semangatnya. Saya pun masuk kelas dengan persiapan beberapa latihan untuk pemanasan. Lalu sesampainya di dalam saya pun bertanya, di sekolah pelajarannya sudah sampai mana, dengan tujuan memilih latihan yang akan diberikan. Namun apa lacur (hahahah,lagi-lagi saya heran dengan pilihan kata sendiri) mereka menjawab dengan polos "di sekolah belum mulai belajar kak".
Apa??? (baca dengan gaya dan mimik ala sinetron). Kontan saya bingung plus takjub. Sekolah dimulai tanggal 9 Januari, yang berarti sudah hampir satu bulan berjalan, dan mereka belum belajar apa-apa??
Tapi tidak sampai di situ keterkejutan saya sodara-sodara! Besoknya ada lagi yang datang dan minta arahan menyelesaikan tugas rumahnya (di tempat kita tidak diperbolehkan mengerjakan tugas siswa) yang menurutnya sangat amat susah. Dan setelah saya lihat, saya maklum bin paham kalau tugas itu susah. Kenapa?karena tugasnya adalah membuat percakapan dengan materi semua bahan yang AKAN dipelajari selama semester 2!!!
Kita tidak akan membicarakan gurunya tersebut, karena selain yang kenal hanya saya, juga buang-buang tenaga. Yang pasti saya mulai melihat sisi lain dari manfaat pelajaran tambahan di luar sekolah, dalam hal ini tempat les atau tempat bimbingan belajar. Bukan karena saya pengen mengiklankan diri, bukan karena ingin memuji diri sendiri (percayalah, saya bukan tipe orang narsis,hahaha) tapi semata karena apa yang saya temui sekarang ini. Bagi yang satu angkatan sekolah dengan saya (tamat SMA tahun 2004), pasti sepakat kalau dulu yang namanya bimbingan belajar atau les adalah pelengkap. Bagi yang pemalu bertanya di kelas, bisa bertanya lebih intens di tempat les. Bagi yang tidak sempat bertanya di kelas karena keterbatasan waktu jam pelajaran, juga bisa bertanya di tempat les.
Tapi sekarang, sepertinya sekolah dan tempat les sudah bertukar tempat. Tidak dalam artian sepenuhnya tentu saja. Namun kenyataannya memang demikian, tidak bisa dipungkiri. Kebanyakan siswa lebih "serius" belajar ketika dibimbing oleh instruktur-instruktur muda yang mungkin pengalamannya jauh lebih sedikit dibanding para guru di sekolah. Apa masalah sesungguhnya?? Ada banyak kemungkinan,namun yang pasti kita sebagai guru punya andil di dalamnya.
Saya tidak bermaksud memberi cap apapun pada para guru di sekolah, karena saya juga termasuk salah satunya :D Tapi ini hanya sekedar pandangan saja. Sayang kan, kita sudah membuat persiapan mengajar yang tebal-tebal setiap semesternya, tapi tidak dipakai :) Kita juga mesti berhenti menyalahkan kurikulum karena saya percaya pada dasarnya pasti dibuat untuk kebaikan.
Dan sebagai pamungkas, marilah kita sama-sama introspeksi diri akan niat kita sebagai guru. Baik di sekolah ataupun instruktur les di mana saja ^_^